Tahun 2025 menjadi periode penting bagi perekonomian Indonesia. Setelah menghadapi tantangan global seperti perlambatan perdagangan dunia, ketidakpastian geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas, Indonesia menunjukkan resiliensi dengan mencatat pertumbuhan yang melebihi ekspektasi.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Triwulan II 2025, perekonomian tumbuh 5,12% (y-on-y), melampaui capaian Triwulan I yang sebesar 4,87%. Pencapaian ini bukan hanya menjadi indikator stabilitas, tetapi juga sinyal bahwa sektor-sektor utama mulai pulih dan berkembang.
Potret Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II 2025 mencatat 4,04% secara kuartalan (q-to-q) dan 5,12% secara tahunan (y-on-y). Pencapaian ini sekaligus mendorong rata-rata pertumbuhan Semester I 2025 menjadi 4,99% (c-to-c).
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor:
-
Peningkatan konsumsi rumah tangga sebesar 5,45% y-on-y, didorong oleh momen Lebaran dan peningkatan aktivitas wisata.
-
Ekspor barang dan jasa tumbuh 7,31% y-on-y, terutama dari sektor pertambangan dan produk manufaktur.
-
Pengeluaran pemerintah meningkat 3,62% y-on-y berkat percepatan realisasi anggaran pada proyek infrastruktur dan bantuan sosial.
Sektor-sektor Pendorong Ekonomi
BPS mencatat beberapa sektor yang menjadi motor utama pertumbuhan:
-
Transportasi dan Pergudangan (+8,52%)
-
Kenaikan signifikan akibat lonjakan permintaan logistik e-commerce dan aktivitas distribusi pasca pembatasan pandemi.
-
-
Informasi dan Komunikasi (+7,92%)
-
Didorong oleh penetrasi internet di daerah rural, pertumbuhan startup digital, dan ekspansi layanan 5G.
-
-
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (+5,71%)
-
Dipicu panen raya padi, permintaan ekspor udang, dan diversifikasi produk perkebunan.
-
-
Industri Pengolahan (+5,02%)
-
Penguatan di sektor hilirisasi mineral, khususnya pengolahan nikel dan bauksit untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik.
-
Kontribusi Wilayah terhadap Perekonomian
Dari sisi wilayah, Pulau Jawa tetap menjadi pusat ekonomi nasional dengan kontribusi 56,94% dari total PDB.
Namun, beberapa provinsi di luar Jawa menunjukkan performa luar biasa:
-
Maluku Utara mencatat pertumbuhan tertinggi di Indonesia, mencapai 32,09% y-on-y, berkat masifnya investasi smelter nikel.
-
Sulawesi Tengah tumbuh 11,23%, didorong oleh pengolahan hasil tambang dan perkebunan kelapa sawit.
-
Kalimantan Timur meningkat 7,42% seiring naiknya produksi batu bara dan migas.
Tantangan yang Masih Menghadang
Meskipun capaian pertumbuhan mengesankan, terdapat sejumlah tantangan yang harus diwaspadai:
-
Ketergantungan pada komoditas ekspor seperti batu bara, nikel, dan CPO yang rentan terhadap gejolak harga global.
-
Daya beli masyarakat di segmen menengah bawah yang masih tertekan akibat inflasi pangan.
-
Investasi asing langsung (FDI) yang meskipun meningkat, masih menghadapi hambatan perizinan dan infrastruktur.
-
Kondisi global yang tidak stabil, termasuk potensi perlambatan ekonomi di Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Strategi Pemerintah Mempertahankan Momentum
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, antara lain:
-
Stimulus fiskal senilai Rp24,44 triliun untuk memperkuat konsumsi domestik dan mendukung UMKM.
-
Penguatan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pertambangan dan pertanian.
-
Investasi pada infrastruktur digital untuk memperluas akses internet dan mendorong ekonomi kreatif.
-
Diversifikasi pasar ekspor agar tidak bergantung pada satu atau dua negara tujuan.
Peran Alumni Fakultas Ekonomi Unsoed
Sebagai bagian dari komunitas akademik yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan, alumni Fakultas Ekonomi Unsoed dapat berperan dalam:
-
Mengembangkan inovasi bisnis berbasis teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas pangan.
-
Mendorong digitalisasi UMKM di daerah agar mampu bersaing di pasar global.
-
Menggagas riset dan kebijakan publik yang berbasis data untuk mengatasi ketimpangan ekonomi regional.
-
Menjalin kolaborasi antara akademisi, pemerintah daerah, dan pelaku usaha demi memperkuat daya saing daerah.
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 memberikan optimisme, namun tantangan global dan domestik tetap harus diantisipasi. Keberhasilan menjaga momentum akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat—termasuk peran strategis alumni perguruan tinggi seperti Unsoed—untuk berkolaborasi membangun ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Sumber: setneg.go.id