Transformasi ekonomi digital dan kreatif kini menjadi salah satu kunci utama untuk membawa Indonesia menuju negara maju, berdaulat, dan berpendapatan tinggi. Melalui penyelenggaraan Indonesia-Australia Prosperity Expo (IAPEX) 2025, pemerintah berupaya memanfaatkan peluang besar dari sektor ekonomi kreatif dan digital sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan daya saing global.
IAPEX 2025: Mendorong Ekspor Jasa Kreatif dan Digital
Indonesia-Australia Prosperity Expo (IAPEX) 2025 yang digelar di Jakarta pada Rabu, 6 Agustus 2025, mengangkat tema “Unlocking Indonesia’s Creative Services Export from Digital Talent to Skilled Workers”. Acara ini menjadi wadah strategis untuk mengulik potensi ekspor jasa ekonomi kreatif dan digital, sekaligus memperkuat kolaborasi ekonomi kedua negara.
Menurut Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Kemenko Bidang Perekonomian, Pujo Setio, transformasi ekonomi membutuhkan tujuh sektor kunci:
-
Manufaktur (hilirisasi)
-
Layanan
-
Pariwisata
-
Konstruksi dan perumahan
-
Semikonduktor
-
Ekonomi digital
-
Ekonomi hijau (transisi energi)
Dari ketujuh sektor tersebut, ekonomi digital menjadi fondasi utama untuk meningkatkan efisiensi, memperluas jaringan global, mendorong pemerataan pembangunan, dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar internasional.
Peran ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA)
Dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, pemerintah berpartisipasi aktif dalam ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA). Perjanjian ini menjadi peta jalan strategis yang mengatur arah pengembangan ekonomi digital di kawasan ASEAN.
Berdasarkan proyeksi, ekonomi digital ASEAN akan tumbuh tiga kali lipat hingga mencapai USD 1 triliun pada tahun 2030. Dengan implementasi DEFA, angka ini diperkirakan meningkat menjadi USD 2 triliun. Hal ini menegaskan bahwa sektor digital bukan hanya peluang, tetapi juga kebutuhan untuk menjawab tantangan ekonomi global.
Lima Tahun IA-CEPA: Capaian Nyata Kolaborasi Indonesia–Australia
Penyelenggaraan IAPEX 2025 juga bertepatan dengan evaluasi lima tahun implementasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Beberapa capaian penting antara lain:
-
Nilai perdagangan bilateral meningkat hingga AUD 35,4 miliar pada 2024.
-
Peningkatan nilai tambah produk Indonesia di pasar Australia dan pasar ketiga.
-
Penciptaan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi bersama.
IA-CEPA menjadi bukti bahwa kerja sama ekonomi bilateral yang kuat mampu memberikan manfaat nyata bagi kedua negara.
UMKM Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Digital
Di era digitalisasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peluang besar untuk memperluas pasar melalui e-commerce dan media sosial. Transformasi ini diperkuat dengan:
-
Pemanfaatan pembayaran digital seperti QRIS untuk efisiensi transaksi.
-
Program Go-Digital untuk membantu UMKM masuk pasar global.
-
Literasi dan pemberdayaan digital sebagai dasar peningkatan daya saing.
Dengan strategi ini, UMKM diharapkan mampu naik kelas dan menjadi kontributor signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Bonus Demografi dan Pengembangan Talenta Digital
Indonesia memiliki bonus demografi dengan dominasi usia produktif, terutama dari generasi milenial dan Gen Z. Pemerintah menekankan pentingnya pengembangan SDM dengan kemampuan 3C:
-
Creative (kreatif)
-
Confident (percaya diri)
-
Connected (terhubung secara global)
Salah satu inisiatif untuk mendukung hal ini adalah kerja sama dengan Australia melalui program Digitalent Scholarship. Program ini memberikan pelatihan digital komprehensif untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing di pasar global.
Kesimpulan
Penyelenggaraan IAPEX 2025 menjadi bukti komitmen pemerintah dalam mempercepat transformasi ekonomi digital dan kreatif. Dengan dukungan kerja sama internasional, penguatan sektor UMKM, serta pengembangan talenta digital, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi digital terdepan di kawasan ASEAN dan dunia.
Sumber : ekon.go.id