Ekonomi RI Diuji di Tengah Ketegangan Global: IHSG Tergelincir, Rupiah Menguat

Perekonomian Indonesia kembali diuji di tengah sentimen negatif global yang dipicu oleh ketegangan antara China dan Amerika Serikat. Di saat para pelaku pasar menanti data ekonomi penting dari dalam negeri, pasar saham terguncang, namun rupiah justru menunjukkan ketahanan. Apakah ini sinyal kekuatan fundamental ekonomi RI atau hanya anomali jangka pendek?

Ketegangan Global dan Dampaknya pada Pasar Keuangan

Ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat kembali memanas, dan efeknya langsung terasa di pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah signifikan sebesar 0,97% ke level 7.464,64 pada perdagangan Senin, 4 Agustus 2025. Ini menjadi hari kedua penurunan IHSG sejak awal Agustus, menyusul aksi ambil untung dari para investor.

Pelemahan IHSG dipicu oleh anjloknya saham-saham konglomerat, terutama emiten milik grup Salim dan Prajogo Pangestu. Emiten seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mengalami penurunan drastis 14,75%, sementara PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) turun 7,69%. Hal ini turut menekan sektor bahan baku dan utilitas masing-masing hingga lebih dari 4%.

Sementara itu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,02 triliun, menambah tekanan di pasar saham domestik. Total kapitalisasi pasar pun menyusut menjadi Rp 13.405 triliun dari sebelumnya menyentuh rekor tertinggi di Rp 13.700 triliun pada 29 Juli 2025.

Penguatan Rupiah: Angin Segar di Tengah Ketidakpastian

Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah justru menguat signifikan terhadap dolar AS. Pada perdagangan hari yang sama, rupiah ditutup di level Rp16.385 per dolar AS, menguat 0,61%. Ini menjadi penguatan harian terbesar sejak akhir Juni 2025.

Penguatan rupiah didorong oleh melemahnya indeks dolar AS (DXY) yang turun tajam ke level 99,14. Penurunan tersebut dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang jauh di bawah ekspektasi. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan hanya 73.000 pekerjaan baru di sektor non-pertanian pada Juli 2025, jauh lebih rendah dari proyeksi 110.000.

Pasar pun merespons negatif data ini, sehingga indeks dolar AS langsung tergelincir, memberikan ruang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk menguat.

Kinerja Bursa Saham Juli: Sempat Cetak Rekor

Sebelum pelemahan di awal Agustus, IHSG mencatatkan performa luar biasa sepanjang Juli 2025. Indeks berhasil naik 5,71% secara bulanan dan menembus rekor kapitalisasi pasar tertinggi selama tiga hari berturut-turut.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Anggota Dewan Komisioner Inarno Djajadi menyebut bahwa nilai kapitalisasi pasar pada akhir Juli mencapai Rp 13.700 triliun. Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian pun meningkat ke Rp 13,42 triliun, melampaui rata-rata tahun 2024 sebesar Rp 12,85 triliun.

Kinerja positif ini didorong oleh masuknya investor ritel dan meningkatnya minat terhadap saham-saham energi dan infrastruktur.

Tantangan dan Harapan di Tengah Ketidakpastian

Meskipun pasar saham mengalami koreksi, masih ada optimisme terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Data penting yang akan dirilis minggu ini, termasuk Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2025, cadangan devisa, dan penjualan ritel, akan menjadi indikator penting arah ekonomi RI ke depan.

Jika data menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang solid dan inflasi yang terkendali, maka tekanan terhadap pasar saham kemungkinan hanya bersifat sementara. Namun, jika data mengecewakan, bukan tidak mungkin koreksi IHSG akan berlanjut dan menggerus optimisme investor.

Pasar obligasi pun menunjukkan tekanan. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik menjadi 6,513%, menandakan pelaku pasar masih menilai risiko yang ada di pasar keuangan Indonesia cukup tinggi.

Kesimpulan

Gejolak pasar keuangan yang terjadi saat ini merupakan ujian nyata bagi ketahanan ekonomi nasional. Meski IHSG mengalami tekanan, penguatan rupiah memberikan harapan bahwa kepercayaan investor masih ada. Tantangannya kini adalah bagaimana pemerintah menjaga stabilitas makroekonomi sembari tetap mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Rilis data ekonomi dalam negeri dalam beberapa hari ke depan akan sangat krusial dalam menentukan arah pasar keuangan, serta menjadi bahan evaluasi efektivitas kebijakan fiskal dan moneter yang telah dijalankan sejauh ini.

Sumber : www.cnbcindonesia.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *