Meskipun dunia menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan berbagai hambatan perdagangan, termasuk kebijakan tarif proteksionis dari Amerika Serikat, Singapura mencatat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Di kuartal II-2025, ekonomi negara tetangga Indonesia ini tumbuh 4,3% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi dan menjadi indikator kekuatan fundamental ekonomi Negeri Singa di tengah tantangan global.
Sektor Manufaktur Jadi Motor Pertumbuhan
Menurut data resmi dari Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, sektor manufaktur menjadi pendorong utama pertumbuhan. Sektor ini mencatat ekspansi sebesar 5,5% yoy pada kuartal II-2025, meningkat dari 4,4% pada kuartal sebelumnya.
Kontribusi manufaktur terhadap PDB Singapura mencapai sekitar 17%, menjadikannya salah satu penopang utama di tengah melambatnya sektor perdagangan global. Lonjakan kinerja ini sekaligus menandai pemulihan setelah kontraksi pada kuartal pertama, di mana ekonomi Singapura tercatat menyusut 0,5% secara kuartalan (qtq). Kini, pada kuartal II, ekonomi berhasil tumbuh 1,4% qtq.
Tekanan Tarif Amerika: Singapura Masih Tangguh
Pertumbuhan ekonomi Singapura tercapai meski negara tersebut turut terdampak tarif dasar sebesar 10% dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump diketahui kembali mengaktifkan sejumlah kebijakan tarif terhadap negara mitra dagangnya, termasuk negara-negara Asia Tenggara.
Singapura sendiri belum secara resmi menerima surat tarif baru dari Washington, tetapi tetap berada dalam radar kebijakan dagang AS yang agresif. Meski memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS sejak 2004, Singapura masih mencatat defisit perdagangan dengan negara adidaya tersebut.
Antisipasi Pemerintah Singapura: Satuan Tugas Ketahanan Ekonomi
Untuk mengantisipasi dampak dari tensi dagang global yang meningkat, pemerintah Singapura membentuk Satuan Tugas Ketahanan Ekonomi pada April 2025. Gugus tugas ini dirancang untuk memberikan respon cepat terhadap tekanan eksternal, termasuk melalui penyediaan hibah bagi sektor bisnis yang terdampak langsung.
Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan terhadap potensi pelemahan permintaan global.
Proyeksi Ekonomi Direvisi, Tapi Optimisme Tetap Terjaga
Meskipun hasil kuartal II positif, MTI tetap menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura untuk keseluruhan tahun 2025 menjadi kisaran 0% hingga 2%, dari proyeksi sebelumnya 1% hingga 3%. Hal ini mencerminkan sikap kehati-hatian terhadap potensi perlambatan global dan volatilitas pasar.
Sebagai catatan, pada tahun 2024 Singapura mencatatkan pertumbuhan penuh sebesar 4,4%. Artinya, pertumbuhan tahun ini diprediksi akan jauh lebih moderat.
Kebijakan Moneter: MAS Pilih Jalur Pelonggaran
Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore / MAS) telah dua kali melonggarkan kebijakan moneternya sepanjang 2025. Pelonggaran ini dilakukan untuk mendukung likuiditas dan menjaga daya beli masyarakat.
Salah satu alasannya adalah karena tekanan inflasi menurun. Inflasi utama Singapura pada Mei 2025 tercatat hanya 0,8%, terendah sejak Februari 2021. Sementara itu, inflasi inti—yang mengecualikan transportasi pribadi dan akomodasi—turun ke 0,6% dari 0,7%.
Kebijakan selanjutnya akan diumumkan pada akhir Juli, dengan harapan bahwa stabilitas harga akan mendukung pertumbuhan ekonomi di paruh kedua tahun ini.
Implikasi untuk Indonesia dan Kawasan
Kinerja ekonomi Singapura menjadi tolok ukur penting bagi kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebagai mitra dagang utama dan pusat keuangan regional, pertumbuhan yang kuat di Singapura bisa menciptakan efek positif ke negara tetangganya. Namun, ketidakpastian global akibat tensi dagang dan arah kebijakan AS tetap menjadi risiko yang patut diwaspadai oleh seluruh negara ASEAN.
Sumber : cnbcindonesia