Indonesia Masih Bertahan di Peringkat 3 Ekonomi Islam Dunia, Malaysia Tak Tergoyahkan

Indonesia kembali menunjukkan kekuatan dalam peta ekonomi Islam global. Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/2025 yang dirilis oleh DinarStandard, Indonesia berhasil mempertahankan posisinya di peringkat ketiga dalam indikator Global Islamic Economy Indicator (GIEI). Meski belum menggeser dominasi Malaysia yang telah 11 tahun berturut-turut berada di posisi teratas, capaian ini mencerminkan konsistensi dan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan sektor ekonomi berbasis syariah.

Peringkat Ekonomi Islam Global: Indonesia Masih Stabil di Posisi 3

SGIE 2024/2025 menilai kapasitas ekonomi negara-negara mayoritas Muslim melalui enam indikator utama: Halal Food, Islamic Finance, Modest Fashion, Muslim-Friendly Travel, Media and Recreation, dan Pharmaceutical & Cosmetics. Malaysia masih memimpin dengan skor tinggi di hampir semua sektor, khususnya keuangan syariah dan makanan halal.

Arab Saudi menempati posisi kedua, diikuti oleh Indonesia di posisi ketiga. Pencapaian ini telah bertahan selama tiga tahun terakhir, menandakan bahwa Indonesia secara berkelanjutan membangun dan memperkuat sektor ekonomi Islamnya.

Modest Fashion: Indonesia Nomor Satu Dunia

Salah satu pencapaian gemilang Indonesia dalam laporan SGIE kali ini adalah pada sektor Modest Fashion. Dengan skor 106,8, Indonesia unggul dari negara-negara lain dalam industri busana Muslim yang ramah syariah. Ini tak lepas dari peran aktif para pelaku industri kreatif, UMKM fesyen, dan dukungan dari pemerintah terhadap pengembangan modest fashion lokal yang mendunia.

Sektor Keuangan Syariah dan Makanan Halal Masih Perlu Dorongan

Meski bersinar di modest fashion, Indonesia masih tertinggal dari Malaysia dalam indikator Islamic Finance. Malaysia mencetak skor 282,6 sedangkan Indonesia di posisi keenam dengan skor 135,9. Di sektor Halal Food, Indonesia berada di posisi keempat dengan skor 78,8. Kedua sektor ini menunjukkan bahwa meskipun potensinya besar, Indonesia masih membutuhkan peningkatan regulasi, edukasi masyarakat, dan digitalisasi untuk bisa bersaing lebih kuat.

Pariwisata Ramah Muslim: Indonesia Peringkat Kedua

Dalam sektor Muslim-Friendly Travel, Indonesia meraih peringkat kedua dengan skor 102,4. Ini menunjukkan bahwa ekosistem pariwisata yang ramah terhadap wisatawan Muslim di Indonesia semakin berkembang, termasuk dalam penyediaan fasilitas ibadah, makanan halal, hingga kebijakan pariwisata yang inklusif.

Dukungan Pemerintah: Akselerasi Ekonomi Islam Nasional

Menteri PPN/Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa laporan ini menjadi tolok ukur penting dalam mengakselerasi ekonomi syariah di Indonesia. Pemerintah akan lebih fokus pada penguatan sektor-sektor halal seperti makanan, fashion, keuangan, dan farmasi berbasis syariah. Hal ini tidak hanya dimaknai sebagai tren ekonomi, tetapi juga bagian dari gerakan budaya dan spiritual yang memperkuat identitas bangsa.

Tantangan dan Peluang Ke Depan

Untuk terus naik peringkat di tingkat global, Indonesia perlu melakukan beberapa langkah strategis:

  1. Meningkatkan literasi keuangan syariah di kalangan masyarakat.

  2. Mendorong sertifikasi halal secara luas, termasuk bagi pelaku UMKM.

  3. Mengembangkan ekosistem digital halal yang mendukung industri halal dari hulu ke hilir.

  4. Memperkuat kolaborasi antar kementerian, lembaga, dan sektor swasta untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Islam nasional.

Kesimpulan

Dengan konsistensi dalam tiga tahun berturut-turut sebagai negara dengan ekonomi Islam terbesar ketiga di dunia, Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam membangun sistem ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis syariah. Namun, kerja keras tetap dibutuhkan untuk menggeser posisi negara-negara lain di atasnya dan menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi Islam global di masa depan.

Sumber : cnbcindonesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *