Utang negara kerap menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai indikator utama kondisi ekonomi. Namun, pernyataan terbaru dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati justru membawa kabar mengejutkan sekaligus menenangkan. Di tengah tekanan global yang kian meningkat, Indonesia berhasil menjaga rasio utangnya tetap rendah. Bahkan, di antara negara-negara G20, posisi Indonesia termasuk yang paling stabil.
Pernyataan tersebut disampaikan Sri Mulyani pada Sabtu, 5 Juli 2025, yang langsung memantik perhatian publik dan pengamat ekonomi. Di balik dinamika ekonomi global, Indonesia dinilai tetap berada dalam jalur fiskal yang sehat dan kredibel.
Rasio Utang Indonesia Termasuk yang Terendah di G20
Sri Mulyani menegaskan bahwa rasio utang Indonesia terhadap PDB termasuk yang paling rendah di antara negara-negara anggota G20. Berdasarkan data Bank Indonesia, rasio utang luar negeri Indonesia pada triwulan I 2025 tercatat hanya 30,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini menunjukkan kehati-hatian pemerintah dalam mengelola pembiayaan negara.
“Rasio utang Pemerintah Indonesia dibanding negara G20 termasuk yang terendah,” kata Sri Mulyani, yang dikutip dari berbagai sumber pada Sabtu (5/7). Hal ini mencerminkan bahwa Indonesia masih memiliki ruang fiskal yang cukup luas untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi global ke depan.
Koordinasi Fiskal dan Moneter
Pemerintah bersama Bank Indonesia dinilai berhasil menjaga stabilitas ekonomi nasional melalui sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan tersebut dinilai efektif menjaga kepercayaan pasar dan memastikan arus modal tetap kondusif.
Sri Mulyani menambahkan bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari koordinasi erat lintas sektor, serta disiplin dalam pengelolaan APBN. Langkah antisipatif pemerintah terhadap gejolak global terbukti memperkuat daya tahan ekonomi nasional.
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi yang Terkendali
Selain stabilitas utang, indikator lain yang turut memperkuat kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi yang tetap positif. Pada triwulan I 2025, Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen year-on-year (yoy). Walaupun mengalami kontraksi sebesar 0,98 persen quarter-to-quarter (qtq), angka tahunan ini tergolong tinggi dibandingkan negara-negara G20 lainnya.
Lebih lanjut, inflasi nasional juga menunjukkan tren yang sangat terkendali. Pada Juni 2025, inflasi bulanan tercatat hanya 0,19 persen, sementara secara tahunan mencapai 1,87 persen. Capaian ini menunjukkan bahwa harga-harga tetap stabil, yang pada akhirnya mendukung daya beli masyarakat.
Cadangan Devisa Tertinggi Sepanjang Sejarah
Pencapaian lain yang tidak kalah penting adalah meningkatnya cadangan devisa Indonesia. Menurut Sri Mulyani, pada Maret 2025, cadangan devisa menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah. Hal ini memberikan bantalan yang kuat bagi ketahanan eksternal negara, terutama untuk menghadapi tekanan nilai tukar atau gejolak global.
Cadangan devisa yang besar juga menunjukkan bahwa neraca pembayaran Indonesia berada dalam kondisi sehat. Ini menambah kepercayaan investor dan memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.
Momentum Menjaga Kredibilitas Fiskal
Pernyataan terbuka Sri Mulyani tentang kondisi utang Indonesia patut diapresiasi sebagai bentuk transparansi dan edukasi publik. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia tetap mampu menjaga kredibilitas fiskalnya, dengan tingkat utang rendah, inflasi terkendali, serta pertumbuhan yang cukup kuat.
Hal ini menjadi peluang besar untuk memperkuat reformasi ekonomi dan menarik investasi asing, karena stabilitas makroekonomi tetap menjadi daya tarik utama Indonesia dalam percaturan ekonomi global.
Sumber : jpnn